Berbicara Liga Italia di tahun 1994 dan 1995, tifosi sebutan bagi fans Lega Calcio pasti sangat akrab dengan pemain yang satu ini. Berposisi sebagai pemain tengah, dirinya mampu menghipnotis dunia dan tampil brilian di liga terbaik dunia saat itu. Bahkan, kala itu dirinya disebut sebagai trequartista yang sempurna untuk membantu striker dalam menjebol gawang lawan, dialah Manuel Rui Costa.
Lahir di Lisbon 29 Maret 1972, pemain bernama lengkap Rui Manuel César Costa ini muncul sebagai pesepakbola dengan posisi sebagai gelandang serang. Kemunculan dirinya tak terlepas dari kejayaan legenda Portugal, Eusebio. Hanya butuh waktu 10 menit bagi Eusebio untuk percaya jika Rui Costa akan menjadi bintang baru dalam lapangan hijau, dan hasilnya perkataan Eusebio terbukti nyata. Tak sulit bagi Rui Costa untuk menunjukkan kehebatannya, setahun bermain dengan tim amatir Portugal, pemain bertinggi 180 meter itu langsung dipinang Benfica, sebuah tim besar dan penuh sejarah di ranah Portugal.
Berseragam Benfica sejak tahun 1991, Rui Costa menjadi pilar penting dan tak tergantikan di timnya. tampil sebanyak 112 laga, Rui Costa mampu membukukan 18 gol. 3 tahun membela Benfica, Rui Costa akhirnya hijrah ke Liga Italia bersama Fiorentina dan disinilah karir manis sang pemain dimulai. Bersama Gabriel Batistuta, mereka menjadi duet maut di Liga Italia kala itu. Kemampuan Rui Costa memberikan umpan dan mengolah bola, menjadi hal yang memudahkan bagi Batistuta untuk mencetak gol. Bahkan pemain Timnas Portugal ini juga piawai mengeksekusi bola serta mencetak gol. Puncaknya saat Rui Costa menjadi bintang kemenangan Fiorentina atas AC Milan di tahun 2001 silam. Didaulat menjadi kapten, Rui Costa menjadi sentral dari lahirnya 4 gol kemenangan Fiorentina. Dan setelah peristiwa tersebut, AC Milan justru memboyong sang pemain ke stadion San Siro.
Menyandang sebagai pemain AC Milan saat itu dengan mahar 43,9 Juta Euro, Rui Costa membayar tuntas kepercayaan i Rossoneri. Kemampuannya diatas lapangan terus berlanjut di tim yang identik dengan warna merah hitam tersebut. Bermain selama 5 tahun di Milan, sang pemain mempersembahkan 1 Scudetto, 1 Coppa Italia, 1 Piala Super Italia, dan 1 Trofi Liga Champions serta Piala Super Eropa. Namun ketika AC Milan mendatangkan peran seorang Kaka, peran Rui Costa mulai berkurang dan terpinggirkan.
Gaya permainan Rui Costa memang sangat khas, ketika bola berada di kakinya bola seakan melekat dan sulit untuk merebut bola darinya. Gerakannya yang lambat dan terkesan pemalas malah membuat permainannya terlihat elegan. Tak salah jika ia diberikan julukan sang maestro, gerak-geriknya diatas lapangan dalam meyusun serangan adalah sebuah orkestrasi sepakbola yang cukup berkelas. Umpan-umpan tak terduga darinya sangat memanjakan para penyerang seperti Batistuta, Shevchenko dan Inzaghi yang pernah mendapatkan servis dari sang pemain. Maka tak dapat disangsikan, inilah pemain yang layak diberikan nomor punggung 10.
Karir Rui Costa di Timnas senior Portugal memang kurang cemerlang, digadang-gadang sebagai generasi emas selecao namun tak ada satu gelar bergengsi pun yang diraih Rui Costa dan kawan-kawan di level senior. Sepanjang 11 tahun membela timnas, dirinya berhasil mencetak 26 gol dari 94 pertandingan. Dan seusai kekalahan menyakitkan dari Yunani di final Euro 2004 yang berlangsung di tanah kelahirannya, Rui Costa memutuskan pensiun dari kancah tim nasional. Lalu 4 tahun kemudian, dirinya memutuskan meninggalkan dunia sepakbola setelah sempat membela Benfica di akhir masa pensiun.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai topik